Tuesday, January 31, 2006

Sacrament

Ketika melihat anaknya disiksa, tak setitik pun air matanya jatuh menyesalinya. Malah dia kelihatan bahagia: tersenyum sumringah dan berbinar matanya.

Dihadapannya kini, sang anak yang ia lindungi sejak kecil, tersalib telanjang. Dahinya, kedua telapak tangannya, dan kedua kakinya penuh darah. Namun ia tetap tersenyum dan berusaha menghibur anaknya.

"Jangan takut anakku. Kelak namamu akan dikenang sebagai martir sepanjang masa,"tawanya.

Keheranan, salah seorang tentara mendekatinya. "Wahai perempuan, sedang apa kau tertawa kegirangan sementara anakmu sedang menderita di atas sana?" tanyanya.

Ia malah tertawa makin besar. "Maafkan aku, wahai tentara yang kuat. Tapi apa yang akan kau lakukan bila nanti nama anakku dan aku pun sendiri menjadi lebih suci dibandingkan tuhannya sendiri..."

Si tentara cuma bengong dan kemudian bergabung kembali ke kerumunannya teman-temannya. "Siapa dia?" kata salah seorang temannya.

Si tentara mengangkat bahunya tinggi sambil berkata,"Hiraukan saja. Hanya seorang perempuan gila yang menertawakan kebodohan anaknya."

0 Comments:

Post a Comment

<< Home