Wednesday, January 25, 2006

Beethoven dan Romeo

Matanya terus menatap keluar jendela bis kota sementara embun hujan menempel dingin di kacanya. Mulutnya tak berhenti bersiul String Quintet dalam Eb-nya Beethoven yang ia dengar tadi di radio kampus. Isi kepalanya melantur.

Ia lalu mengeluarkan sebuah notes kecil dan pena tinta untuk menuntaskan waktu. Dimulai dari baris tangga nada dan kemudian jadilah setengah dari simponi yang dibuat oleh Beethoven waktu tuli. Ia pejamkan matanya, supaya bisa ikut merasakan energi dari deretan nada-nada yang ditulisnya sendiri.

Hujan sudah reda.

Ia lalu berhenti di halte yang becek. Rambutnya basah oleh titik hujan yang mulai membuatnya pusing. Kost-nya tak jauh. Masuk melalui gang-gang sempit dan deretan rumah-rumah yang berhimpit.

Di kamarnya yang berukuran 2X2, ia merebahkan dirinya di kasur kapuk. Di jiwanya ada rasa kehilangan, seperti di film Romeo dan Juliet-nya Buzz Luhrmann ketika Romeo menangis di samping tubuh kaku Juliet.

"Thy drugs are quick. Thus with a kiss I die," lirihnya sebelum ia menegak racun.

Sementara kekasihnya-yang ada jauh di dalam pekat jiwanya-terbangun dan ikut menari lalu mati bersamanya.

2 Comments:

At 3:22 PM, Blogger Farika said...

Dan kematiannya diiringi oleh dentingan piano sang Maestro, mengalunkan irama Moonlight Sonata...
Hello there! Couldn't resist to say hi when I saw my fave composer is being mentioned.

Nice to meet you :)

 
At 3:55 PM, Blogger Hendro said...

Thanks. Nice to know that Beethoven is your fave composer...

Nice to know you too :)

 

Post a Comment

<< Home