Wednesday, May 14, 2014

Maria dan Miles


Musik Jazz mengajarkanku tentang sepi sambil menikmati seteguk kopi.
Aku membuka tirai jendela. Melihat pendar cahaya kota yang pecah tertimpa sisa hujan sore. Bau rumput basah, udara dingin, dilengkapi aroma kopi. Ada apa dengan diriku? Mengapa tiba-tiba jadi sentimentil begini?
Ringkihan menyihir trompet Miles Davis mengisi flatku yang berantakan. Sofa yang kotor. Piring dan gelas yang belum dicuci. Dan bau apa ini? Hidungku mengendus.
Kunyalakan sigaret satu-satunya yang tersisa. Kopi dan Miles Davis. Apalagi yang kubutuhkan untuk menikmati sepi? Temanku pernah cerita, paling enak mendengarkan Jazz dengan segelas red wine. Ah, terlalu borjuis buatku. Kopi punya filosofi yang klop dengan Jazz.
Aku rebahkan punggungku di tepi jendela. Melihat bulan pucat. Melihat payung-payung berwarna melintas tanpa mengucapkan salam.
Tiba-tiba aku rindu kamu.
Terkutuk kau, Miles.

3 Comments:

At 7:33 PM, Blogger Unknown said...

This comment has been removed by a blog administrator.

 
At 3:25 PM, Blogger Unknown said...

keren article nya gan...kunjungi blog saya jg ya gan
http://chaniaj.blogspot.com/

 
At 3:25 PM, Blogger Unknown said...

This comment has been removed by the author.

 

Post a Comment

<< Home