Pukul sepuluh lewat sepuluh malam
Pukul sepuluh lewat sepuluh malam. Aku menarik selimutku lagi. Harusnya aku sudah bangun, tapi mata memaksaku untuk kembali tidur. Disebelahku, seorang perempuan yang dulu tak kukenal, membuka mulutnya. Kelihatannya lelap. Kamu bisa menebak seorang lelap atau tidak dari gerakan mulutnya. Tersenyum lagi, pikirku. Hidup ini masih panjang. Masih ada 49 tahun lagi.
Masih belum bisa tidur, meski kuberatkan kelopak mataku. Kuangkat segelas kopi dan dengan pelan kuaduk agar bunyi denting keramiknya tak membangunkannya. Ah, jam sepuluh lewat limabelas. Belum lagi pagi.
Aku buka isi dompetku. Fotonya tersenyum. Hmm, andai dia masih disebelahku. Andai perempuan ini adalah dia. Mungkin ceritanya akan berbeda...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home