Monday, May 16, 2005

Menikah itu bentuk kompromi

Gue menginginkan pernikahan yang sederhana. Tak ada pesta. Hanya gue dan calon istri berdua. Mengucapkan sumpah janji suci bersama. Setelah itu, tinggal di rumah orangtua.
Tapi ya, gue baru sadar kalau menikah itu ternyata juga kompromi. Tak ada lagi yang sederhana saat ingat sukses atau tidaknya sebuah resepsi pernikahan tergantung jumlah tamu yang sebanding lurus dengan jumlah porsi makanan. Tak ada lagi gue dan calon istri berdua. Yang ada campur tangan mertua dan diskusi orang tua. Sekarang tersisa hanya gue dan calon istri mengucapkan janji setia dan setelah itu pergi menginap ke rumah orang tua.
Ah, kalau menikah itu seperti main kartu saat kartu As gue yang pegang. Tapi ya its a compromise world. If we can't beat them, join them.

1 Comments:

At 2:57 PM, Blogger aris said...

Ndro, ndro... Gini aja ngeliatnya bos, udah dibolehin nikah aja udah syukur sama mereka... Iya nggak? :D

 

Post a Comment

<< Home